Home » » Ngaruwat (Pesta Laut) Sebagai Tradisi Tahunan di Daerah Palabuhanratu

Ngaruwat (Pesta Laut) Sebagai Tradisi Tahunan di Daerah Palabuhanratu

Written By Unknown on Selasa, 29 April 2014 | 00.01

Ngaruwat (Pesta Laut) Sebagai Tradisi Tahunan di Daerah Palabuhanratu
Pengaruh kebudayaan yang tidak dapat dihindari adalah terjadinya pergesaran nilai-nilai yang berlaku pada suatu masyarakat. 

Dalam kadaan seperti inlah, disatu pihak nilai budaya baru belum terbentuk sedangkan pihak lain bergeser dan         menghilang, akibatnya masyarakat menjadi labil kerena tidak ada lagi nilai yang dapat dijadikan acuan untuk mencapai tujuan hidup.

Oleh karena itu, sementara perwujudan kebudayaan nasional yang tunggal dan baku belum berkembang sepenuhnya, dirasakan perlu adanya upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada masyarakat salah satunya adalah pembudayaan nilai budaya lokal atau nilai budaya daerah setempat kepada masyarakat dan juga harus adanya pengkajian tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut dalam kegiatan kebudayaan bermasyarakat. 

Yang mana pembinaan tersebut haruslah dimulai dengan Inventarisasi unsur-unsur budaya yang masih bertahan dan hidup dalam masyarakat, salah satu budaya yang masih tertanan dan tersisa dalam masyarakat zaman modern sekarang ini adalah upacara tradisional.

Upacara tradisional berfungsi antaralain sebagai pengokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku secara turun-temurun. Yang mana nilai-nilai ini diperagakan secara simbolis dalam bentuk upacara, dilakukan secara khidmat oleh masyarakat yang mendukungnya. Salah satu upacara  tradisional yang masih tersisa dan masih tetap dilakukan oleh masyarakat pendukungnya walaupun ada sedikit perubahan diadalamnya, antara lain upacara Ngaruwat atau dalam istilah sundanya disebut sebagai upacara pesta laut yang masih dilakukan di daerah Palabuhanratu kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu dari banyak Kabupaten di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi lain yaitu Provinsi Banten. Batas wilayahnya adalah sebelah barat  berbatasan dengan Kabupaten Lebak, sebelah Timur dengan Kabupaten Cianjur, sebelah utara dengan Kabupaten Bogor, sebelah selatan Samudra Hindia.

Kabupaten Sukabumi memiliki potensi perpariwisataan yang cukup besar selain kaya akan sumber daya alam, ditunjang juga dengan sarana akomodasi yang cukup, seperti hotel dan restoran serta tempat hiburan lainya. Salah satu objek wisata yang setiap tahunnya dilaksanakan dan tidak pernah absen adalah upacara Ngaruwat ( pesta laut) di daerah Palabuhanratu.

Tujuan dilaksanakanya upacara Ngaruwat ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan atas hasil ikan yang diperolehnya dan juga memohon kepada penguasa jagat raya ini untuk menurunkan rizki yang lebih dengan memberikan hasil tangkapan yang berupa ikan yang berlimpah ruah. Selain itu pula, tujuan upacara ini adalah dimaksudkan untuk meminta pertolongan dari kejahatan kemurkaan para jin yang menguasai laut terlebih kemurkaan penguasa pantai selatan yaitu Kanjeng Ratu Nyi Rorokidul.

Upacara tradisional Ngaruwat ini dilaksanakan setahun sekali yaitu biasanya sering dilaksanakan pada tanggal 6 april. Ada beberapa tempat yang dianggap sebagai tempat yang sangat penting ketika pelaksanaan upacara ini, yaitu ditengah laut, yang merupakan tempat untuk pelepasan sesajen, ada TPI (Tempat pelelangan Ikan) sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara itu sendiri atau dalam istilah orang palabuhanratu sering disebut Kongsi dan tempat yang tidak kalah penting adalah Alun-alun Palabuhanratu sebagai tempat untuk pawai,namun hal ini jarang dilaksankan hanya sekali-kali saja.

Waktu pelaksanakan upacara dilakukan setelah adanya kesepakatan para panitia yang dilakukan biasanya 2-4 bulan sebelum upacara diselenggarakan, adapun biaya untuk pelaksankan upacara ini adalah dari sumbangan para pemilik perahu besar (Taweu), para nelayan dan juga biasanya dari pemerintah setempat, serta pihak pihak yang berwenang. 

Sebagi upaya untuk penyebarkan informasi kepada masyarakat biasanya para penitia menghubungi beberapa radio, spanduk. Biasanya 3 minggu sebelum atau sampai upacara selesai  dilaksanakan, disekitar pantai akan diadakan keramaian berupa hiburan dangdutan, korsel, wayang golek, sunatan masal, bajar dan penjualan barang kebutuhan masyarakat dengan harga murah yang sering disebut pameran.

Pelaksanaan Upacara Ngaruwat di daerah palabuhanrtu ini, diawali dengan pembacaan ijab kabul serta pidato oleh lurah atau camat Pelabuhanratu,dengan diiringi musik gamelan, iringan Ratu dan Raja serta dayang-dayang (biasanya mereka dipilih melalui kontes puteri pantai yang dilaksankan sebulan sebelum upacara di mulai ), mereka semua yang dirias sedemikian cantiknya memasuki pelataran kongsi. Aroma mistik dan khidmat akan lebih terasa ketika Ki lengser menaburkan kemenyan kedalam wadah yang berisi api. 

Setelah iringan Ratu dan Raja disambut oleh Lurah atau Camat palabuhanratu, maka pembacaan doa atau mantra oleh pawang atau Ki Lengser dimulai, ketika hal ini dilaksankan maka kongsi tersebut akan dipenuhi dengan bau kemenyan. Upacara  sakral ini ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Apabila pembacaan doa atau mantra telah selesai maka upacara tersebut pun berakhir, dan dilanjutkan dengan pemberangkatan rombongan ke tengah laut ( dengan perahu yang sudah dihias) untuk membuang sesajen yang bermacam-macam ketengah laut. Biasanya perahu induk yang besar akan ditumpangi pasangan Ratu dan Raja serta orang-orang yang penting.

Satu hal yang sangat penting dalam pembuangan sesajen tersebut adalah membuang kepala kerbau atau kambing ketengah laut, menurut kepercayaan dahulu, bahwa ini adalah kiriman untuk Nyi Rorokidul agar beliau merestui upacara tersebut. 

 Sebenarnya Upacara Ngaruwat di palabuhanratu  pada masa sekarang ini, sudahlah sangat berbeda  dan banyak mengalami perubahan baik tujuan atau cara pelaksaanaanya. Unsur-unsur sakral pada upacara ini mulai bergeser oleh unsur rekreatif, hal ini ada banyak anggapan, acara ini sebagai pesta rakyat saja.

Salah satu unsur sakral yang mulai bergeser adalah dalam pengadaan sesajen, yang dahulu sesajen utama yang bersifat wajib adalah kepala karbau yang masih berdarah yang disembilih ditempat upacara berlangsung. Tetapi untuk masa sekarang kepala kerbau bisa diganti dengan kepala kambing yang tidak disembilih ditempat upacara, bahkan apabila kambing tidak ada boleh diganti dengan kepala penyu.

 Demikian pula pada tahap pembuangan sesajen, yang dulu sesajen harus dibuang di tengah laut yang sepi oleh para nelayan, namun sekarang sebelum sampai tengah laut sesajen yang biasanya berisi makanan-makanan lezat tersebut sudah jadi rebutan para rombongan.

Perubahan lainya adalah ujuan dari upacara itu sendiri menurut kajian masyarakat, yang mana dulu upacara ini sering dikaitkan dengan pemberian penghormatan kepada penguasa laut selatan yang apabila kita memberikan sesajen maka penguasa tersebut tidak akan marah, tetapi sekarang itu telah hampir musnah, masyarakat hanya mengagap upacara ini hanya pesta laut untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. 

Demikian adanya perubahan-perubahan dalam pengadaan upacara tersebut, walaupun begitu, banyak orang yang tidak menganggap hal tersebut menjadi masalah. 

Mungkin saja perubahan tersebut diakibatkan karena adanya pengaruh dari budaya luar, dan orang hanya beranggapan bahwa dengan diadakan upacara tersebut itu sudah cukup membuktikan bahwa tradisi upacara Ngaruwat  masih tetap ada walaupun didalamnya terdapat beberapa perubahan.

Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2013-2014. Setia Diaran. All Rights Reserved
Developed by Irwanteamedia. Powered by wisata palabuhanratu